Tulisan ini aku tulis dengan beberapa tetesan air mata, walaupun sudah lama tapi masih membekas hingga saat ini.
Aku seorang wanita berusia 24 tahun,
Aku belum menikah dan masih tinggal bersama kedua orang tua ku.
Aku di sekolahkan oleh orang tua ku, di biayai oleh ayahku. Dari SD, SMP lalu SMK,
aku sekolah dengan rajin sama sekali tak pernah bermasalah di sekolah, dan setiap kenaikan kelas selalu mendapat peringkat.
Tugas rumah pun juga aku lakukan bersih2 rumah, cuci baju, cuci piring membantu perkerjaan rumah.
Aku juga membawa jajanan es lilin dan keripik buatan ibuku yg aku jual di sekolah.
aku rasa tugas ku sebagai anak sudah aku lakukan dengan baik.
Aku terlahir bukan di keluarga kaya, tapi alhamdulilah cukup untuk kami hidup.
Masa kecilku, bisa di bilang keras,
Aku pernah minta uang ke ayah wktu itu sedang ada teman nya.
Lalu ayah mengajak ku kedalam, aku pikir ayah mengambil dompet dan memberi ku uang, ternyata dia mengambil Sisir, dan ia pukul kan ketelapak tanganku.
Aku juga prnah di ajak ke rumah teman nya, lalu tuan rumah memberi makanan yg berada di toples, mungkin karna makanan itu pas di mulutku wktu itu akupun menghabiskan nya, aku tak tau kalau itu salah ,sepulang kerumah senter yg berwarna silver di ketokan nya ke kepalaku, sambil mengatakan aku rakus, seperti tak pernah di beri makan.
Ini hanya bberapa kisah dari apa yg ku alami.
Aku pun pernah di suruh naik ke atas seng rumah disuruh membenarkan antena TV, dan saat aku tidak bisa, ayah ku bilang aku bodoh itu saja tidak bisa.
Aku hidup di keluarga yg bisa di bilang sedikit harmonis karna kebanyakan pertengkaran orang tua yg selalu aku dengar, kesedihan seorang ibu, dan ke egoisan seorang ayah.
Dan ketika aku lulus smp menginjak ke SMK , ayah tak pernah tau atau menemaniku mendaftar sekolah, mencarikan sekolah yg terbaik untuk anak nya. Aku sendiri yg berpikir aku sendiri yg mendaftar , aku sudah terbiasa mandiri.
Banyak orang bilang jauh sekali sekolah dimana rumah dimana, tapi orng tua ku membiarkan ku saja membawa kendaraan kemana mana,
Pernah waktu itu saat aku smk, saat itu sedang magang di salah satu kantor yg lumayan sangat jauh dari rumah. Biasa aku pergi mengendarai mtor ayah ku, tapi pagi itu ketika aku hendak pergi ban motor kempes, karna hari sudah siang. Akupun bingung bagaimna mau kesana. Aku tak pernah naik kendaraan umum sebelumnya. Dan ayah bukan nya mengantar ku, ia malah mengatakan aku bodoh, aku tak merawat barang2 dari nya. Dan sambil menangis aku jalan kaki keluar rumah memberanikan diri pergi naik angkutan umum. Yg sama sekali aku tidak tau.
Dear ayah,
Andai dapat ku katakan kepadamu secara langsung dari hati ke hati,
Ingin sekali aku mengatakan, aku butuh bimbinganmu, aku butuh perhatian dan kasih sayangmu, sejujurnya aku iri pada mereka yg kmana mana di temani ayah nya, yg anak gadis nya tak pulang kerumah di cari, yg takut anak nya kenapa kenapa di jalan.
Sejujur nya aku merindukan suasana hangat drumah, ketenangan
Dan seharusnya rumah adalah tempat ternyaman untuk ku pulang dengan segala penat ku,
Ketahui lah ayah, aku sudah berusaha tidak membebanimu, aku berkerja meski tak seberapa di matamu meski lelah sedangkan teman teman ku masih ada yg belum bekerja atau kuliah dari uang orang tua nya.
Lelah iya lelah bekerja bukan duduk diam diruangan berAC, di marahi orang itu pasti. Di caci di maki pasti sakit tapi masih lebih sakit saat kata kata kasar itu keluar dari mulutmu.
Ayah aku ini anakmu, darah dagingmu, sifat mu mengalir di diriku, didikan mu yg membentukku menjadi seperti ini,
aku masih tanggung jawabmu, aku di beri makan di sekolahkan di fasilitasi. Itu kewajibanmu, tugas mu, tanggung jawabmu, apa perlu kau pinta lagi semua itu??
Aku sangat berterima kasih, karna tak ada kau tak kan aku lahir, tapi ketahuilah tak semua nya bisa terpenuhi dengan materi, ksih syg yg tulus yg tidak pernah aku rasakan. Selalu sakit kalo mendengar kata kata yg tak pantas di ucapkan,
Ayah jika aku bisa memilih dan meminta akupun tak ingin di lahirkan. Maaf jika hingga saat ini aku masih membebanimu